Artinya Dan kitab Alfiyah itu akan menarik keridhoan yang tanpa didasari kemarahan #Dan kitab Alfiyah ini lebih unggul dari kitab Alfiyahnya Ibnu Mu'thiy. Seketika semua hafalan dalam memori Imam Ibnu Malik lenyap. Beliau tidak ingat satu huruf pun. Imam Ibnu Malik pun merasa cemas, sedih, bingung, dan tak tahu apa yang harus beliau lakukan. Tentang Kitab Alfiyah Ibnu Malik Seribu Bait Syair Kitab Nahwu. Pecinta ilmu bahasa Arab harus tahu karya besar dari Jamaluddin ; Muhammad bin Malik. Judulnya Alfiyah. Sering disebut Alfiyah Ibnu artinya seribu bait Malik tegas dan penuh tekad menulis و أستعين الله في ألفية مقاصد النحو بها محويةTerjemah bebasnya Hanya Allah,kepada-Nya hamba memohon bantuan untuk merangkai seribu baitIntisari-intisari ilmu Nahwu,terbentang indah pada tiap baitAlfiyah telah menjadi nama yang tersemat dan melekat pada karya Ibnu Malik. Sekali sebut Alfiyah, maka yang dimaksud adalah Alfiyah karya Ibnu adalah sebuah ringkasan dari karya Ibnu Malik sendiri yang berjudul Al Kafiyah As Syafiyah yang berisi hampir tiga ribu bait Allah!Itulah hidup yang bermakna! Antara ilmu,ilmu dan umur yang bermanfaat!Berkarya,beramal,berbuat dan mewariskan zaman Ibnu Malik,apresiasi dan atensi ulama Nahwu terkait Alfiyah sangatlah Ibnu Aqil al di Kairo tahun 769 menjabarkan bait-bait Alfiyah dengan indahnya. Diksi dalam syair Alfiyah diterangkan gamblang, beberapa contoh diberikan bahkan seringkali beliau membahas perbedaan pandangan ulama-ulama sekaligus dialek kabilah-kabilah Arab itu dikenal dengan Syarah Ibnu cukup sampai di penting untuk kitab Ibnu Aqil ditambahkan oleh As Syaikh Muhammad al Khudhari as Syafii al Azhari. Catatan yang pertama kali terbit tahun 1998 M di Beirut Lebanon ini dikenal dengan sebutan Hasyiyah al semakin mudah dan dekat bagi kita melalui sentuhan Muhammad Muhyiddin Abdul pakar ilmu Nahwu di masa belakangan Alfiyah, di-i'rabnya. Diolahnya dalam bentuk prosa agar lebih mudah hal penting dalam karya Ibnu Aqil menambahkan materi Shorof di bagian Allah!Sekali lagi Alfiyah karya Ibnu oleh Ibnu Khudhori memberi pulasan akhir oleh Muhyiddin Abdul di mana? Apa yang engkau perbuat?Jangan-jangan baru sekali ini engkau tahu???-Belajar bahasa Arab itu seperti yang dikatakan banyak orang kalau bahasa Arab itu percaya kalau ada yang bilang bahasa Arab itu rumit!Bukan saja yang hatinya belum terketuk untuk saja yang tidak memberi waktu cukup untuk saja yang salah langkah dalam belajar bahasa Arab itu naik menggunakan tangga ke tempat yang tinggi. Bukankah harus setapak demi setapak. Selangkah belajar hanya sekali dalam satu sibuk kerja dan urus sampai nya?Kita sudah dibuat penat oleh berita-berita mules dengan cerita-cerita konflik dan intrik Terobosan usaha. Kekuatan marketing. Prospek bisnis. Motivasi dan dan untuk kita memerlukan sejenak waktu untuk merehatkan hati dan kesempatan di mana kita duduk khusyuk membaca harakat dan sukun pada contoh kalimat bahasa dalam mencari jawaban antara marfu' , manshub ataukah pada diskusi antara fiil majzum bertanda apa?Sayang,masih banyak kita yang tak paham bahasa Desember 2020Di

Belikoleksi Kitab Alfiyah Ibnu Malik online lengkap edisi & harga terbaru Juli 2022 di Tokopedia! ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Kurir Instan ∙ Bebas Ongkir ∙ Cicilan 0%.

Nama lengkap Ibnu Malik adalah Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah Ibnu Malik al-Thay, lahir di Jayyan Jaén. Daerah ini sebuah kota kecil di bawah kekuasaan Andalusia Spanyol, sekarang merupakan salah satu propinsi di Spanyol dengan luas wilayah 422 km² yang masuk dalam wilayah Otonomi Andalusia. Pada saat itu, penduduk negeri ini sangat cinta kepada ilmu, dan mereka berpacu dalam menempuh pendidikan, bahkan berpacu pula dalam mengarang buku-buku ilmiah. Pada masa kecil, Ibnu Malik menuntut ilmu di daerahnya, terutama belajar pada Syaikh Al-Syalaubini w. 645 H. Setelah menginjak dewasa, ia berangkat ke Timur untuk menunaikan ibadah haji,dan diteruskan menempuh ilmu di Damaskus. Di Negeri Syam ia belajar ilmu dari beberapa ulama setempat, antara lan Al-Sakhawi w. 643 H. Syaikh Ibnu Ya’isy al-Halaby w. 643 H. Syeikh Hasan bin Shabbah Syeikh Ibnu Abi Shaqr Syeikh Ibnu Najaz al-Maushili Ibnu Hajib Ibnu Amrun Muhammad bin ABi Fadhal al-Mursi Di kota Dasmaskus dan Aleppo Halab nama Ibn Malik mulai dikenal dan dikagumi oleh para ilmuan, karena cerdas dan pemikirannya jernih. Ia banyak menampilkan teori-teori nahwiyah yang menggambarkan teori-teori mazhab Andalusia, yang jarang diketahui oleh orang-orang Syiria waktu itu. Teori nahwiyah semacam ini, banyak diikuti oleh murid-muridnya, seperti imam Al-Nawawi, Ibnu al-Athar, Al-Mizzi, Al-Dzahabi, Al-Shairafi, dan Qadli al-Qudlat Ibn Jama’ah. Untuk menguatkan teorinya, sarjana besar kelahiran Eropa ini, senantiasa mengambil saksi syahid dari teks-teks Al-Qur’an. Kalau tidak didapatkan, ia menyajikan teks Al-Hadits. Kalau tidak didapatkan lagi, ia mengambil saksi dari sya’ir-sya’ir sastrawan Arab kenamaan. Semua pemikiran yang diproses melalui paradigma ini dituangkan dalam kitab-kitab karangannya, baik berbentuk nazham syair puitis atau berbentuk natsar prosa. Pada umumnya, karangan tokoh ini lebih baik dan lebih indah dari pada tokoh-tokoh pendahulunya. Ibnu Malik memiliki semangat yang besar dalam mengajarkan ilmu yang telah ia miliki. Ketika ia menghadiri majlisnya yang kadang belum di hadiri oleh murid-muridnya, maka beliau berdiri di jerjak jendela dan berteriak “qiraah, qiraah, Arabiyah, Arabiyah” maksudnya memanggil siapa saja yang ingin belajar ilmu qiraah atau ilmu arabiyah kepada beliau. Bila ternyata tidak ada yang hadir maka berdoa dan segera pergi dengan berkata “saya tidak tau untuk membebaskan tanggunganku kecuali dengan cara ini, karena kadangkala tidak ada yang tau kalau saya duduk di sini”. Walaupun Ibnu Malik juga ahli dalam ilmu qiraah, namun tidak di ketahui murid beliau dalam ilmu qiraah. Ibnu Jazri mengatakan “ketika beliau masuk kota Aleppo Halab banyak para ulama yang mengambil ilmu arabiyah dari beliau, tetapi saya tidak mengetahui seorangpun yang membaca ilmu qiraah di hadapannya dan saya juga tidak punya sanad ilmu qiraah kepada beliau”. Kemungkinan besar ilmu qiraah beliau ajarkan di selain kota Aleppo. Di antara murid-murid Ibnu Malik adalah Anak beliau sendiri, Muhammad Badaruddin w. 686 H Imam Nawawi Ibnu Ja’wan Ibnu Munajjy al-Yunaini Baha` bin Nuhas Syihabuddin asy-Syaghury Ibnu Abi Fath al-Ba’li al-Fariqy Ibnu Hazim al-Azra’i Ibnu Tamam at-Talli Majduddin al-Anshari Ibnu Aththar Alauddin al-Anshari Abu Tsana’ al-Halabi Abu Bakar al-Mizzi Ibnu Syafi’ Badaruddin bin Jamaah Ibnu Ghanim Al-Birzali Ibnu Harb ash-Shairafi dll Untuk murid beliau Imam Nawawi, sempat beliau abadikan dalam nadham kitab Alfiyah beliau pada baitرَجُلٌ مِنَ الْكِرَامِ عِنْدَنَا “Dan seorang laki-laki mulia di sisi kami”. Ibnu Malik wafat di Damaskus pada malam Rabu 12 Ramadhan tahun 672 H dalam usia 75 tahun Kitab alfiyah Ibnu Malik Salah satu karya Imam Ibnu Malik yang paling tersohor adalah kitab Alfiyah, sebuah nadham terdiri dari 1002 bait yang menjelaskan ilmu nahu sharaf. Kitab ini di pelajari di seluruh dunia sampai saat ini. Kitab alfiyah ini sebenarnya merupakan kitab ringkasan dari kitab nadham karangan beliau sendiri al-Kafiyah al-Syafiyah yang terdiri dari 2757 bait. Karena itu, kitab alfiyah juga di sebut dengan kitab al-Khulashah yang berarti ringkasan. Di antara ulama, ada yang menghimpun semua tulisannya, ternyata tulisan itu lebih banyak berbentuk nazham. Demikian tulisan Al-Sayuthi dalam kitabnya, Bughyat al-Wu’at. Di antara karangannya adalah Nazhom al-Kafiyah al-Syafiyah yang terdiri dari 2757 bait. Kitab ini menyajikan semua informasi tentang Ilmu Nahwu dan Shorof yang diikuti dengan komentar syarah. Kemudian kitab ini diringkas menjadi seribu bait, yang kini terkenal dengan nama Alfiyah Ibnu Malik. Kitab ini bisa disebut Al-Khulashah ringkasan karena isinya mengutip inti uraian dari Al-Kafiyah, dan bisa juga disebut Alfiyah ribuan karena bait syairnya terdiri dari seribu baris. Kitab ini terdiri dari delapan puluh 80 bab, dan setiap bab diisi oleh beberapa bait. Bab yang terpendek diisi oleh dua bait seperti Bab al-Ikhtishash dan bab yang terpanjang adalah Jama’ Taktsir karena diisi empat puluh dua bait. Kitab Alfiyah yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia ini, memiliki posisi yang penting dalam perkembangan Ilmu Nahwu. Berkat kitab ini dan kitab aslinya, nama Ibn Malik menjadi popular, dan pendapatnya banyak dikutip oleh para ulama, termasuk ulama yang mengembangkan ilmu di Timur. Al-Radli, seorang cendekiawan besar ketika menyusun Syarah Al-Kafiyah karya Ibn Hajib, banyaklah mengutip dan mempopulerkan pendapat Ibn Malik. Dengan kata lain, perkembangan nahwu setelah ambruknya beberapa akademisi Abbasiyah di Baghdad, maka para pelajar pada umumnya mengikuti pemikiran Ibnu Malik. Sebelum kerajaan besar di Andalusia runtuh, pelajaran nahwu pada awalnya, tidak banyak diminati oleh masyarakat. Kitab Alfiyah ini banyak di syarah oleh para ulama. Dalam kitab Kasyf al-Zhunun, Haji Khalifah mengatakan bahwa para ulama penulis Syarah Alfiyah berjumlah lebih dari empat puluh orang. Mereka ada yang menulis dengan panjang lebar, ada yang menulis dengan singkat mukhtashar, dan ada pula ulama yang tulisannya belum selesai. Ada juga yang memberikan catatan pinggir hasyiyah terhadap kitab-kitab syarah Alfiyah. Di antara syarah-syarah kitab Alfiyah adalah Syarah Alfiyah yang ditulis oleh putera Ibn Malik sendiri, Muhammad Badruddin H dengan nama kitab Durratul Mudhi`ah. Ini merupakan syarah kitab Alfiyah yang pertama sekali di tulisa. Syarah ini banyak mengkritik pemikiran nahwiyah yang diuraikan oleh ayahnya, seperti kritik tentang uraian maf’ul mutlaq, tanazu’ dan sifat mutasyabihat. Kritikannya itu aneh tapi putera ini yakin bahwa tulisan ayahnya perlu ditata ulang. Atas dasar itu, Badruddin mengarang bait Alfiyah tandingan dan mengambil syahid dari ayat al-Qur’an. Disitu tampak rasional juga, tetapi hampir semua ilmuan tahu bahwa tidak semua teks al-Qur’an bisa disesuaikan dengan teori-teori nahwiyah yang sudah dianggap baku oleh ulama. Kritikus yang pada masa mudanya bertempat di Ba’labak ini, sangat rasional dan cukup beralasan, hanya saja ia banyak mendukung teori-teori nahwiyah yang syadz Karena itu, penulis-penulis Syarah Alfiyah yang muncul berikutnya, seperti Ibn Hisyam, Ibn Aqil, dan Al-Asymuni, banyak meralat alur pemikiran putra Ibn Malik tadi. Meskipun begitu, Syarah Badrudin ini cukup menarik, sehingga banyak juga ulama besar yang menulis hasyiyah untuknya, seperti karya Ibn Jama’ah H, Al-Ainy H, Zakaria al-Anshariy H, Al-Sayuthi H, Ibn Qasim al-Abbadi H, dan Qadli Taqiyuddin ibn Abdul qadir al-Tamimiy H. Al-Muradi w. 749 H beliau adalah murid Ibnu Hayyan. Beliau menulis dua kitab syarah untuk kitab Tashil al-Fawaid dan Nazham Alfiyah, keduanya karya Ibn Malik. Meskipun syarah ini tidak popular di Indonseia, tetapi pendapat-pendapatnya banyak dikutip oleh ulama lain. Antara lain Al-Damaminy w. 827 H seorang sastrawan besar ketika menulis syarah Tashil al-Fawaid menjadikan karya Al-Muradi itu sebagai kitab rujukan. Begitu pula Al-Asymuni ketika menyusun Syarah Alfiyah dan Ibn Hisyam ketika menyusun Al-Mughni banyak mengutip pemikiran al-Muradi yang muridnya Abu Hayyan itu. Ibnu Hisyam H adalah ahli nahwu raksasa yang karya-karyanya banyak dikagumi oleh ulama berikutnya. Di antara karya itu Syarah Alfiyah yang bernama Audlah al-Masalik yang terkenal dengan sebutan Audlah. Dalam kitab ini ia banyak menyempurnakan definisi suatu istilah yang konsepnya telah disusun oleh Ibn Malik, seperti definisi tentang tamyiz. Ia juga banyak menertibkan kaidah-kaidah yang antara satu sama lain bertemu, seperti kaidah-kaidah dalam Bab Tashrif. Tentu saja, ia tidak hanya terpaku oleh Mazhab Andalusia, tetapi juga mengutip Mazhab Kufah, Bashrah dan semacamnya. Kitab ini cukup menarik, sehingga banyak ulama besar yang menulis hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Al-Sayuthi, Hasyiyah Ibn Jama’ah, Ha-syiyah Putera Ibn Hisyam sendiri, Hasyiyah Al-Ainiy, Hasyiyah Al-Karkhi, Hasyiyah Al-Sa’di al-Maliki al-Makki, Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid dengan tiga syarahnya terhadap kitab Audhah Masalik dan yang menarik lagi adalah catatan kaki ta’liq bagi Kitab al-Taudlih yang disusun oleh Khalid ibn Abdullah al-Azhari w. 905 H dengan nama at-Tashreh li madhmun at-Taudhih. Ibnu Aqil w. 769 H adalah ulama kelahiran Aleppo dan pernah menjabat sebagai penghulu besar di Mesir. Karya tulisnya banyak, tetapi yang terkenal adalah Syarah Alfiyah. Syarah ini sangat sederhana dan mudah dicerna oleh orang-orang pemula yang ingin mempelajari Alfiyah Ibn Malik . Ia mampu menguraikan bait-bait Alfiyah secara metodologis, sehingga terungkaplah apa yang dimaksudkan oleh Ibn Malik pada umumnya. Syarah Ibnu Aqil merupakan Syarah Alfiyah yang paling banyak beredar dan di pelajari oleh kaum santri di Indonesia. Terhadap syarah ini, ulama berikutnya tampil untuk menulis hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Ibn al-Mayyit, Hasyiyah Athiyah al-Ajhuri, Hasyiyah al-Syuja’i, dan Hasyiyah Al-Khudlariy. Al-Asymuni w. 929 H bernama Manhaj Salik ila Alfiyah Ibn Malik Syarah ini sangat kaya akan informasi, dan sumber kutipannya sangat bervariasi. Syarah ini dapat dinilai sebagai kitab nahwu yang paling sempurna, karena memasukkan berbagai pendapat mazhab dengan argumentasinya masing-masing. Dalam syarah ini, pendapat para penulis Syarah Alfiyah sebelumnya banyak dikutip dan dianalisa. Antara lain mengulas pendapat Putra Ibn Malik, Al-Muradi, Ibn Aqil, Al-Sayuthi, dan Ibn Hisyam, bahkan dikutip pula komentar Ibn Malik sendiri yang dituangkan dalam Syarah Al-Kafiyah , tetapi tidak dicantumkan dalam Alfiyah . Semua kutipan-kutipan itu diletakkan pada posisi yang tepat dan disajikan secara sistematis, sehingga para pembaca mudah menyelusuri suatu pendapat dari sumber aslinya. Kitab ini memiliki banyak hasyiyah juga, antara lain Hasyiyah Hasan ibn Ali al-Mudabbighi, Hasyiyah Ahmad ibn Umar al-Asqathi, Hasyiyah al-Hifni, dan Hasyiyah al-Shabban 4 jilid. asy-Syathibi w. 790 H dengan nama kitab beliau Maqashid asy-Syafiyah fi Syarh Khulasah Syafiyah. Merupakan salah satu syarah Alfiyah yang paling besar 6 jilid. Ibnu Hayyan w. 745 H, shahib kitab Bahrul Muhid. Beliau sempat semasa dengan Ibnu Malik namun tidak sempat berguru dengan beliau. Beliau berguru dengan murid-murid Ibnu Malik. Kitab beliau bernama Manhaj as-Salik fi al-Kalam ala Alfiyah Ibnu Malik Al-Makudi w. 780 H. Beliau mensyarah Alfiyah dua kali, kecil dan besar. Yang di cetak saat ini adalah yang kecil yang di beri hasyiah oleh Ibnu Hamidun Imam Sayuthi, Bahjatul Wardiyah Ibnu Thulun Syarah Al-Harawi Syarah Ibnu Jazry Dll Selain itu ada juga para ulama yang menuliskan i’rab dari nadham alfiyah, seperti kitab Tamrin Thulab karangan Syeik Khalid Azhari Karya lain Ibnu Malik selain kitab Alfiyah antara lain Al-Kafiyah asy-Syafiya dan Syarahnya dalam bidang kaidah sharaf Tashil al-Fawaid wa Takmil al-Maqashid dan Syarahnya dalam bidang kaidah nahwu Ijaz at-Tashrif fi `ilmi at-Tashrif Tuhfatu al-Maudud fi al-Maqshur wa al-Mamdud Lamiyatu al-Af`al Al-I`tidhad fi adh-dha' wa azh-zha' Syawahid at-Taudhih limusykilat al-Jami` ash-Shahih, merupakan syarah secara nahwu dari 100 hadits yang ada di Shahih Bukhari Ibnu Malik dan Ibnu Mu’thi Ada kisah menarik tentang penyusunan kitan Alfiyah Ibnu Malik. Ketika memulai menulis nadhamnya, saat baru sampai pada nadham فائقة ألفية ابن معطي Kitab Alfiyah yang aku tulis ini mengungguli kitab Alfiyah karya Ibnu Mu'thi" Beliau menambahkan lagi ;فائقة منها بألف بيت “mengungguli dari Alfiyah Ibnu Mu’thi dengan seribu bait”. Sampai pada kalimat ini, Ibnu Malik kehilangan inspirasi untuk melanjutkan nadhamnya. Beliau berusaha melanjutkannya namun hingga sampai beberapa hari belum juga bisa beliau sempurnakan, sampai pada suatu malam beliau mimpi bertemu dengan seseorang Orang itu bertanya pada beliau "Aku dengar kamu mengarang kitab Alfiyah dalam ilmu nahwu" Beliau menjawab "Iya benar". Orang itu bertanya lagi "Sampai pada nadham mana engkau menulisnya?" Ibnu Malik menjawab "Sampai pada 'fa'iqatan minha bi alfi baiti" orang itu bertanya "Apa yang menyebabkanmu tidak menyempurnakannya?". Beliau menjawab "Sudah beberapa hari aku tidak bisa melanjutkan menulis nadham". Orang itu berkata lagi "Apakah kamu ingin menyempurnakannya?" "Tentu" jawab Ibnu Malik. Orang itu berkata فَائِقَـةً مِنْهُ بِألْـفِ بَيْتِ ¤ وَالْحَيُّ يَغْلِبُ ألْفَ مَيِّـتِ “Mengungguli dari Alfiyah Ibnu Mu’thi dengan seribu bait”. "Dan arang masih hidup bisa mengalahkan seribu orang mati". Terperangah Ibnu Malik dengan perkataan itu, Ibnu Malik bertanya "Apakah anda Ibnu Mu'thi?" "Betul" jawab orang itu. Ibnu Malik merasa malu kepada beliau. Keesokan harinya, Ibnu Malik menghapus bait yang tidak sempurna itu, dan menggantinya dengan bait lain yang isinya memuji kehebatan Ibnu Mu'thi yaitu وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاً ¤ مُسْـتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَ “Beliau Ibnu Mu’thi lebih memperoleh keutamaan karena lebih awal. Beliau berhak atas sanjunganku yang indah” وَاللَّهُ يَقْضِي بِهِبَـاتٍ وَافِرَهْ ¤ لِي وَلَهُ فِي دَرَجَاتِ الآخِرَهْ “Semoga Allah menetapkan karunianya yang luas untukku dan untuk beliau pada derajat-derajat tinggi akhirat.” Ibnu Mu’thi adalah al-Imam Abu Zakariya Yahya bin Mu’thi al-Zawawy al-Magribi. Lahir di Magribi, menetap dalam masa yang lama di negeri Syam Syria, kemudian melakukan perjalanan ke Mesir sehingga beliau wafat pada 628 H, umur beliau ketika itu 64 enam puluh empat tahun dan dikebumikan dekat kubur Imam Syafi’i di Mesir. Setelah Alfiyah Ibnu Malik, Imam Sayuthi juga mengarang kitab nadham nahu yang melebihi Alfiyah Ibnu Malik, pada muqaddimahnya beliau berkata فائقة ألفية ابن مالك “Alfiyah saya ini mengungguli dari Alfiyah Ibnu Malik”. Selanjutnya Imam al-Ajhuri al-Maliky juga mengarang nadham nahu yang melebihi nadham Imam Sayuthi dan beliau juga berkata فائقة ألفية السيوطي “Alfiyah saya ini mengungguli dari Alfiyah Imam Sayuthi”. Namun kedua Alfiyah yang terakhir ini ternyata tidak sepopuler Alfiyah Ibnu Malik. Diambil dari berbagai sumber
AlfiyahIbnu Malik merupakan karangan Ssyaikh Muhammad bin Abdul Malik Ath-Tha'ial-Jayyani, nadzom Al Fiyah Ibnu Malik ini berisi kumpulan informasi mengenai tata Bahasa Arab dari abad ke-13. Kitab Alfiyah Ibnu Malik adalah salah satu kitab yang dipelajari di pondok pesantren. Kitab Al Fiyah Ibnu Malik bukan lagi suatu hal yang asing di Dalam dunia kepesantrenan, kajian bahasa arab tentu menjadi sebuah aspek yang sangat wajib untuk dipelajari. Bahkan memang dunia pesantren sudah identik dengan bahasa arab. Dalam pembelajaran bahasa Arab, tentu setiap kiai atau muallim biasanya memiliki kitab pegangan dalam mengajari santrinya bahasa arab. Nah salah satu kitab pegangan dalam pembelajaran bahasa arab, khususnya pembelajaran tingkat mahir adalah kitab apa sih sebenarnya kitab alfiyah itu, siapa pengarangnya dan bagaimana biografinya? Serta apa saja isinya? Penasaran? Simak ulasan kami berikut ini!PengertianBiografi PengarangIsi KitabHarga KitabPenutupKitab Alfiyah secara bahasa merupakan isim nisbah dari kata alfun yang memiliki arti seribu. Dinamakan alfiyah karena memang kitab ini berisikan 1000 nadzom syair tentang ilmu nahwu dan sharaf. Meskipun begitu jumlah nadzomnya tidak 1000, akan tetapi berjumlah 1002 nadzom. Yang mana 2 bait tambahan tersebut memiliki kisah yang luar biasa .Dalam menulis kitab ini, Ibnu Malik terinspirasi dari almarhum sang guru, Syekh Ibnu Mu’thiy, yang sudah terlebih dahulu menyusun sebuah nadzom yang berjumlah 500 bait. Karya Syekh Ibnu Mu’thiy itu, “Alkaafiyah”, masyhur disebut “Alfiyah Ibn Mu’thiy”. Disebut Alfiyah, karena terdiri dari 1000 satar. Adapun satar yaitu setengah bagian dari satu Dibalik Penambahan 2 NadzomTerkait tambahan 2 nadzom dalam muqoddimah, ada cerita menarik dibalik penambahan 2 bait tersebut. Tentang arti dari sebuah rasa bangga, tentang ta’dzim sang penulis yaitu Ibnu Malik kepada sang guru, tentang tulusnya sebuah karya, juga tentang adab terhadap guru yang sudah berpulang ke ketika beliau sudah mantap menyimpan semua gambaran nadzom Alfiyah dalam memori otaknya, beliau pun memulai untuk menulis untaian nadzom yang indah tersebut. Hingga pada saat beliau menulis bait ke lima, bagian satar ke sepuluh yang berbunyi;وتَقتضِى رضًا بغير سخطٍ فائقةً ألفيّةً ابن معطىArtinya Dan kitab Alfiyah itu akan menarik keridhoan yang tanpa didasari kemarahan Dan kitab Alfiyah ini lebih unggul dari kitab Alfiyahnya Ibnu Mu’ semua hafalan dalam memori Imam Ibnu Malik lenyap. Beliau tidak ingat satu huruf pun. Imam Ibnu Malik pun merasa cemas, sedih, bingung, dan tak tahu apa yang harus beliau lakukan. Hingga akhirnya beliau tertidur pulas dan bermimpi bertemu seorang kakek yang berpakaian serba itu menepuk pundak Syekh Ibnu Malik sambil berkata, “Wahai anak muda, bangunlah! Bukankah kamu sedang menyusun sebuah kitab?”“Iya kek,” seketika Imam Ibnu Malik terbangun. “Namun aku lupa semua hafalanku, sehingga aku tak mampu tuk melanjutkannya” itu pun bertanya, “sudah sampai mana kamu menulisnya?”“Baru sampai bait kelima”, beliau menjawab sambil membacakan bait yang terakhir. “Bolehkah aku melanjutkan hafalanmu,?” tanya kakek tersebut.“Tentu saja,” jawab Imam Ibnu Malik. Kakek itupun membacakan sepasang baitفائقةً من نحو ألف بيتي والحيّ قد يغلب ألف ميّتيArtinya Seperti halnya mengungguli dalam seribu bait Orang yang masih hidup, terkadang mengalahkan 1000 orang yang sudah setelah mendengar satu bait yang diucapkan oleh kakek tersebut, Syekh Ibnu Malik pun terbangun dan beliau pun menyadari satu hal, bahwa kakek dalam mimpinya itu tak lain adalah gurunya sendiri, Syekh Ibnu Mu’thiy yang dengan jelas menegur Syekh Ibnu Malik dengan sindiran di bait juga sadar, bahwa ungkapan bangga yang beliau ungkapkan dalam bait kelima tersebut ternyata merupakan perasaan takabbur yang timbul dari nafsunya, perasaan yang secara tidak langsung telah menerobos sebuah adab, akhlaqul karimah seorang murid kepada akan hal itu, Imam Ibnu Malik pun bertaubat kepada Sang pencipta atas rasa takabburnya. Beliau juga hendak meminta maaf kepada Imam Ibnu Mu’thiy, beliau berziarah ke makam Syekh Ibnu Mu’thiy. Selepas berziarah, beliau pun hendak melanjutkan karangan tersebut dengan menambahkan 2 bait di bagian mukadimah yang pada awalnya tidak masuk dalam rencana, dengan harapan bahwa hafalannya akan pulih bait tersebut berbunyi seperti iniوهو بسبق حائز تفضيلا مستوجب ثنائي الجميلاوالله يقضي بهبات وافرة لي وله في درجات الآخرةArtinya Dan dia Imam Ibnu Mu’thiy memang lebih dahulu dan mendapatkan keunggulan. Dia juga pantas mendapatkan pujian legitimasi yang sangat baik Allah memberikan anugerah yang sempurna untukku dan juga beliau dalam derajat yang tinggi di akhirat ajaib, semua memori hafalan nadzom yang ingin beliau tulis itu pun kembali tergambar jelas di otak dan hatinya. Beliau pun sangat bersyukur dan kemudian melanjutkan karangannya. Hingga akhirnya terciptlah sebuah kitab gramatika bahasa arab yang melegenda dan diakui keunggulann dan kelebihannya oleh para kelebihannya, banyak ulama menulis kitab syarah untuk Alfiyah, dan dari syarah-syarah itu, para ulama kemudian menuliskan kitab khasyiah yang membahas lebih mendalam kitab syarah. Di antara kitab syarah dari Alfiyah Ibnu Malik yang terkenal adalah Syarh Ibnu Aqil karya Jamaluddin Muhammad Ibnu Abdillah bin malikTashil al-Fawaid dan Nazham Alfiyah karya Al MuradiAudhal al-Masalik karya Ibnu HisyamManhaj al-Salik karya al-AsymuniDan masih banyak lagiSedangkan judul-judul kitab khasyiah yang masyhur antara lain Khasyiah Al-Khudhoriy atas Ibnu Aqil, Khasyiah Ash-Shobban atas syarh Al-Asymuniy, Khasyiah Ibnu Hamdun atas syarh Al-Makudiy,Dan masih banyak lagiBiografi PengarangIbnu Malik Ibnu Malik memilki nama lengkap Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad ibnu Abdulloh ibnu Malik al-Tha’i al-Jayyani al-Andalusi. Beliau lahir pada tahun 1203 M bertepatan dengan 600 H di kota Jayyan, salah satu kota utama di Andalusia Spanyol bagian Selatan 1203 M. Sejak kecil ia dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin belajar. Sehingga tak heran beliau berhasil menghafal al Quran dan ribuan hadis di usia yang masih sangat dengan bertambahnya usia, Ibnu Malik sangat rajin dan penuh semangat. Ia berhasrat mendalami ilmu-ilmu keislaman yang populer di masanya, seperti Hadis dan Tafsir. Namun karena situasi politik yang kurang mendukung, Ibnu Malik harus rela meninggalkan kota kelahirannya -Jayyan pada 1246 M jatuh ke tangan tentara Castella- dan memilih untuk hijrah ke Damaskus, Ibnu Malik justru memalingkan orientasi belajaranya. Awalnya hendak memperdalam ilmu Hadis dan Tafsir, tetapi belakangan cenderung ke ilmu nahwu dan shorof. Perubahan orientasi keilmuan Ibnu Malik dilatari oleh rasa ingin tahu tentang fenomena struktur bahasa Arab yang ia temui berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Padahal, gramatikal arab sangat penting perannya dalam memahami al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber puas mendalami ilmu nahwu dan shorof di Damaskus, Ibnu Malik melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke kota Hallab Aleppo; Syiria Utara. Di kota ini Ibnu Malik belajar kepada Muwaffiquddin ibnu Ya’isy dan Ibnu Amri’un kecakapannya mengkomparasikan teori-teori nahwu-shorof madzhab Iraq, Syam Masyriq dan Andalusia Maghrib, karir intelektual Ibnu malik kian diperhitungkan. Ia di kenal dan dinobatkan sebagai taj’ulama an-Nuhat mahkota ilmu nahwu. Ia kemudian diangkat menjadi dosen di madrasah kota Hamat selama beberapa itu namanya mulai tersohor. Sultan al-Maliku as-Sholih Najmuddin al-Ayyubi, seorang penguasa Mesir, meminta Ibnu Malik mengajar di Kairo Mesir. Ia menetap di Kairo untuk beberapa tahun hingga akhirnya kembali ke Damaskus. Di kota ini, sampai akhir hayatnya, Ibnu Malik menggembleng murid-muridnya yang terkenal, seperti Badruddin Ibnu Malik, Ibnu Jama’ah, Abu Hasan al-Yunaini, Ibnu Nahhas, dan imam kitab alfiyahnya yang melegenda, Ibnu Malik juga sejatinya menulis dan mengarang beberapa kitab yang hampir semuanya dalam bidang linguistik. DiantaranyaAl-Muwashal Fi Nadzm al-Mufashsal,Sabk al-Mandzum wa-Fakk al-Makhtum,Ikmal al-Alam bi Mutslats al-Kalam,Lamiyah al-Afal wa-Syarhuha,Al-Muqoddimah al-Asadiyah,Iddah al-Lafidz wa-umdah al-Hafidz,Al-Itidha fi az-Zha wa ad-DhadIrab Musykil al BukariIsi KitabSebagaimana yang sudah disinggung di awal, kitab ini merupakan kitab yang berbentuk nadzom-nadzom. Nadzom-nadzom tersebut nantinya terbagi menjadi 80 bab dengan tambahan 1 bab muqoddimah dan 1 bab khotimah. Sehingga total keseluruhannya ada 82 bab. Berikut daftar isi dari kitab alfiyah Ibnu MalikMuqaddimahBab Kalam dan SusunannyaBab Mu’rab dan MabniyBab Nakiroh dan Ma’rifahBab Isim AlamBab Isim IsyarahBab Isim MaushulBab Ma’rifah dengan Adat Ta’rifBab Ibtida’Bab Kana dan Saudari-saudarinyaBab Maa, Laa, Laata, dan In yang beramal LaisaBab Af’aalul MuqaarabahBab Inna dan Saudari-saudarinyaBab Laa Untuk Menafikan JenisBab Zhanna dan Saudari-saudarinyaBab A’lama dan AraaBab Isim Faa’ilBab Naa-ibul Faa’ilBab IsytighaalBab Fi’il Muta’adiy dan Fi’il LaazimBab Tanaazu’ Dalam AmalBab Maf’ul MuthlaqBab Maf’ul LahBab Maf’ul Fiih ZharafBab Maf’ul Ma’ahBab Istitsna’Bab HaalBab TamyiizBab Huruf JarrBab IdhaafahBab Mudhof kepada Ya’ MutakallimBab Amal MashdarBab Amal Isim Faa’ilBab Binaa’ MashdarBab Binaa’ Isim Faa’il, Binaa’ Isim Maf’uul dan Binaa’ Shifat MusyabbahBab Shifat yang Menyerupai Isim Faa’ilBab Ta’ajjubBab Ni’ma, Bi-sa dan Maa yang Berlaku Seperti KeduanyaBab Af’aalut TafdhiilBab Na’atBab TaukidBab AthafBab Athaf NasaqBab BadalBab Nidaa’Bab Fashl Tentang Taabi’ MunaadaBab Munada Mudhof pada Ya’ MutakallimBab Isim-Isim yang Hanya Berlaku Pada Nidaa’Bab IstighatsahBab NudbahBab TarkhimBab IkhtitshashBab Tahdziir dan Ighraa’Bab Isim Fi’il dan Isim AshwatBab Nun TaukidBab isim Ghairu MunsharifBab I’rab Fi’ilBab Amil JazmBab Fashl LawBab Ammaa, Laulaa dan LaumaaBab Khabar dari Alladzi dan Alif LamBab Adad BilanganBab Kam, Ka-ayyin dan KadzaBab HikayahBab Ta-nitsBab Maqshur dan MamdudBab Cara Mentatsniyah dan Menjama’kan Isim Maqshur dan MamdudBab Jama’ TaksirBab TashghirBab NasabBab WaqafBab ImalahBab TashrifBab Tambahan Hamzah WashalBab Ibdal Penggantian HurufBab Fashl Penggantian Wau dari YaBab Fashl Berkumpulnya Wawu dan Ya’Bab Fashl Pemindahan Harakah pada Huruf Mati SebelumnyaBab Fashl Penggantian Fa’ Ifti’al pada Ta’Bab Fashl Membuang Fa’ Fi’il Amr dan Fi’il Mudhari’Bab IdghamKhatimah NazhmHarga KitabBerkaitan dengan harga dari kitab yang fenomenal ini, bisa dikatakan harganya terbilang sangat murah dan terjangkau. Berdasarkan pengamatan kami, harga kitab jurumiyah ini berada di kisaran dari angka hingga ratusan ribu rupiah. Perbedaan harga tersebut dipengaruhi dari kertas dan bentuk ukuran harga kitab alfiyah yang kami dapatkan dari beberapa marketplace onlineHargaJenis KitabSekitar Rp. Alfiyah Ukuran SakuSekitar Rp. Alfiyah Ukuran A5Sekitar Rp. Alfiyah Per KataSekitar Rp. Alfiyah Cet DKISekitar Rp. Alfiyah Makna GandulSekitar Rp. Ibnu Aqil Ala AlfiyahSekitar Rp. Alfiyah Syarah Ibnu AqilPenutupBagaimana, sudah jelas mengenai synopsis dan profil dari kitab Alfiyah Ibnu Maik? Semoga dengan membaca ini Anda akan semakin tercerahkan mengenai kitab yang sangat fenomenal dalam ilmu tata bahasa arab Juga10 Kitab yang Biasanya Dipelajari di Pesantren
\n \n\ncerita alfiyah ibnu malik
Padalafadznya, Alfiyah Ibnu Malik terdiri dari bahar Rojaz saja, sedangkan Ibnu Mu'thi terdiri dari bahar Rojaz dan bahar Sar'i. Sedangkan secara makna, Alfiyah Ibnu Malik lebih banyak cakupannya mengenai hukum ilmu nahwu. Imam Ibnu Mu'thi memiliki nama lengkap Abi al-Hasan Yahya bin Abd An-Nur Az-Zawawi. Ia Lahir pada tahun 564 H Ada salah satu kitab yang menjadi primadona berbagai pesantren di Indonesia. Kitab yang sangat luar biasa dengan bait-baitnya yang memukau, dan dengan segala keberkahan yang menyertai. Kitab ini juga menjadi sebuah pencapaian dan impian setiap santri. Bahkan ada sebuah pepatah yang berbunyi, “barang siapa yang hendak mahir membaca kitab, maka harus mempelajari 1 kitab ini.” Selain dipelajari, setiap santri juga diharuskan menghafal kitab ini sebagai syarat kelulusan semasa mondok di pesantren. Kemudian kitab ini juga disusun dengan bahasa yang sangat sederhana tetapi menjadi rujukan ulama-ulama Ilmu Nahwu di setiap penjuru dunia. Kitab tersebut ialah kitab Alfiyah Ibnu Malik. Sesuai namanya, Alfiyah yang bermakna “seribu dua” yang mana bait-baitnya berjumlah sebanyak 1002 bait. Tetapi masih sangat sedikit yang mengenal sosok dibalik penyusunan kitab luar biasa ini. Yah, penyusun kitab ini adalah Imam Ibnu Malik, yang bernama lengkap, Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah Ibnu Malik al-Thay. Beliau dilahirkan di Jayyan Jaen sebuah kota kecil Andalusia Spanyol, sekarang merupakan salah satu provinsi di Spanyol dengan luas wilayah 422km yang masuk dalam wilayah otonomi Andalusia. Pada saat itu, penduduk negeri ini sangat cinta pada ilmu, dan mereka berpacu dalam menempuh pendidikan, bahkan mengacu pada mengarang buku-buku ilmiah. Perjalanan Mencari Ilmu Semasa kecil Imam Ibnu Malik telah mencari ilmu diberbagai ulama dan negara, salah satu guru beliau ialah Syaikh Al-Syalaubini w. 645 H. Setelah mengijak umur dewasa, Imam Ibnu Malik, berangkat ke Timur Tengah untuk menunaikan ibadah haji, dan diteruskan menempuh ilmu di Damaskus. Di Negeri Syam, ia belajar ilmu dari beberapa ulama setempat, antara lain Al-Sakhawi w. Syaikh Ibnu Ya’isy Al-Halaby H Syeikh Hasan Bin Shabbah, Syeikh Ibnu Abi Shaqr, Syeikh Ibnu Najaz Al-Maushili, Ibnu Hajib, Ibnu Amrun dan Muhammad bin Abi Fahdhal al-Mursi. Di kota Damaskus dan Aleppo Halab nama Ibnu Malik mulai dikenal dan dikagumi oleh para ilmuan, karena cerdas dan pemikirannya jernih. Ia banyak menampilkan teori-teori nahwiyah yang mengambarkan teori-teori Mazhab Andalusia, yang jarang diketahui oleh orang-orang Syiria waktu itu. Teori nahwiyah semacam ini, banyak diikuti oleh para murid-murid beliau, antara lain, Al-nawawi, Ibnu Al-Atharm Al-Mizzi, Al-Dzahabi, Al-Shairafim Dan Qadli Al-Qudlat ibn Jama’ah. Untuk menguatkan teorinya, Imam Ibn Malik senantiasa mengambil saksi syahid dari teks-teks Al-Quran. Bila tidak ditemukan beliau meyajikan teks Al-Hadist. Bila tidak ditemukan juga, maka beliau mengambil saksi dari syair-syair sastrawan Arab kenamaan. Semangat Menyebarkan Ilmu Imam Ibnu Malik memiliki semangat yang besar dalam mengajarkan ilmu yang telah ia miliki. Ketika ia mengahadiri majelis ilmu yang kadang belum dihadiri oleh murid-muridnya, maka belau berdiri di jerjak jendela dan berteriak “qiraah, qiraah Arabiyah, Arabiyah” maksudnya memanggil siapa saja yang ingin belajar ilmu qiraah atau ilmu arabiyah kepada beliau. Bila teryata tidak ada yang hadir maka beliau berdoa dan segera pergi seraya berkata “saya tidak tau untuk membebaskan tanggunganku kecuali dengan cara ini, karena kadangkala tidak ada yang tau, kalau saya duduk di sini.” Ujar beliau. Walaupun Ibnu Malik juga ahli dalam ilmu qiraah, namun tidak diketahui murid beliau dalam ilmu qiraah. Ibnu Jazri mengatakan “ketika beliau masuk kota Aleppo Halab banyak para ulama yang mengambil ilmu Arabiyah dari beliau, tetapi saya tidak mengentahui seorang pun yang membaca ilmu qiraah di hadapannya dan saya juga tidak punya sanad ilmu qiraah beliau ajarkan diselain kota Aleppo”. Kisah Menarik dalam Penyusuan Kitab Alfiyah Ibnu Malik Terdapat kisah menarik tentang penyusunan kitab Alfiyah Ibnu Malik. Ketika memulai menulis nadhamnya, saat baru sampai pada nadham فا ئقة ألفية ابن معطي Yang artinya “Kitab Alfiyah yang aku tulis mengungguli kitab Alfiyah karya Ibnu Mu’thi” Beliau menambahkan lagi فائقة منها بأ لف بيت “Mengungguli dari Alfiyah Ibnu Mu’thi dengan seribu bait”. Sampai pada kalimat ini, Ibnu Malik kehilangan inspirasi untuk melanjutkan nadhomnya. Beliau berusaha melanjutkan namun hingga sampai beberapa hari belum juga disempurnakan. Pada suatu malam beliau bermimpi bertemu dengan sesorang. Dalam mimpi tersebut, seseorang itu bertanya, “Aku dengar kamu mengarang kitab Alfiyah dalam Ilmu Nahwu?” Imam Ibnu Malik menjawab “Iya Bener.” Orang itu bertanya lagi “Sampai pada nadham mana engkau menulisnya?” Ibnu Malik menjawab “Sampai pada fai’qatan minha bi alfi baiti” Orang itu bertanya, apa yang membuatmu tidak menyempurnakannya? Beliau menjawab “Sudah beberapa hari aku tidak bisa melanjutkan menulis Nadham.” Orang itu bertanya lagi “Apakah kamu ingin meyempurnakanya?” “Tentu.” jawab Ibnu Malik. Kemudian orang tersebut berkata فَائِقَـةً مِنْهُ بِألْـفِ بَيْتِ ¤ وَالْحَيُّ يَغْلِبُ ألْفَ مَيِّـتِ “Mengungguli dari Alfiyah Ibnu Mu’thi dengan seribu bait”. “Dan orang masih hidup bisa mengalahkan seribu orang mati”. Terperangah Ibnu Malik dengan perkataan itu, Ibnu Malik bertanya “Apakah anda Ibnu Mu’thi?” “Betul.” jawab orang itu. Ibnu Malik merasa malu kepada beliau. Keesokan harinya, Ibnu Malik menghapus bait yang tidak sempurna itu, dan menggantinya dengan bait lain yang isinya memuji kehebatan Ibnu Mu’thi yaitu وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاً ¤ مُسْـتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَ “Beliau Ibnu Mu’thi lebih memperoleh keutamaan karena lebih awal. Beliau berhak atas sanjunganku yang indah.” وَاللَّهُ يَقْضِي بِهِبَـاتٍ وَافِرَهْ ¤ لِي وَلَهُ فِي دَرَجَاتِ الآخِرَهْ “Semoga Allah menetapkan karunianya yang luas untukku dan untuk beliau pada derajat-derajat tinggi akhirat.” Imam Ibnu Malik menghembuskan nafas terakhirnya di Damaskus pada malam Rabu 12 Ramadan tahun 672H dalam usia 75 Tahun. *Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari. CeritaSantri. Diplomasi Alfiyah Ibnu Malik Di Era Covid-19. Oleh: KH. Dr. Agus Maftuh Abegebriel 6 Oktober 2020. Oleh: KH. Dr. Agus Maftuh Abegebriel 6 Oktober 2020. Di suasana lockdown di Kerajaan Arab Saudi, kemarin saya berkesempatan bertemu dengan salah satu pangeran penting. Dia adalah putra Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud yang juga
Terjemah Lengkap Kitab Matan Alfiyah Ibnu Malik – Kitab matan Alfiyah ibnu Malik merupakan kitab yang populer dan sering di kaji pada kalangan pesantren. Setiap orang yang pernah nyantri atau mondok di pesantren pasti pernah mempelajari kita yang satu ini. Kitab matan Alfiyah ibnu Malik, merupakan kitab yang membahas tentang seluruh Ilmu Nahwu dan Shorof. Namun dibalik kitab yang fenomenal ini, ternyata ada kisah yang jarang kita ketahui. Kisah ini pula yang mempengaruhi berubahnya jumlah baik dalam kitab tersebut yang tadinya berjumlah 1000 bait menjadi 1002 bait. Penasaran bagaimana kisah dibalik 1002 bait kitab matan Alfiyah ibnu Malik ini? tidak usah berlama – lama mari langsung saja kita simak kisahnya dibawah berikut ini ! Khulasoh tentang Syaikh ibnu Malik Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Malik. Beliau berasal dari Andalusia yang sekarang dikenal Spanyol, daerah yang pada waktu itu di taklukan oleh pasukan kaum muslimin dibawah pimpinan panglima besar yang bernama Thariq bin Ziyad. Daerah ini juga yang pada waktu itu menjadi pelarian terakhir bagi Saqor Quraisy rajawali dari kabilah Quraisy yang lari dari kejaran orang – orang yang berasal dari bani Abbasiyah yang telah berhasil menundukkan kekuasaan daulah bani Umayyah. Daerah itu yang disebut daerah Andalusia yang sekarang lebih dikenal dengan negara Spanyol. Dari daerah ini maha karya yang berhasil Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy imam Ibnu Malik torehkan inilah yang kemudian dikenal oleh masyarakat dunia dengan nama “Alfiyah Ibnu Malik” yang membahas tentang kaidah – kaidah ilmu nahwu sintaksis dan Sharaf morfologi. Yang mana kata Alfiyah berarti seribu 1000 yang menunjukan bahwa jumlah nadzam dalam kitab ini adalah seribu bait. Baca Belajar Bahasa Arab Dasar Keunikan Kitab Matan Alfiyah ibnu Malik Kitab matan Alfiyah ibnu Malik memiliki perbedaan dengan kitab – kitab matan biasanya pada wakut itu, yakni pada awal nazam bab mukadimah pendahuluan, beliau ibnu Malik menggunakan lafal dari fiil madhi, yaitu fiil kata kerja yang di dalam pelaksanaannya terkandung zaman madhi masa yang sudah lewat atau terjadi. Ini adalah hal yang tidak lazim berbeda dengan kitab – kitab seperti biasanya pada waktu itu, di mana para musanif – musanif para pengarang kitab lain dalam mengawali penyusunan kitabnya, mereka lebih sering dan cenderung menggunakan lafal dari fiil mudhari’ yang di dalamnya terkandung zaman hal masa yang sedang terjadi/dilakukan atau zaman istiqbal masa yang akan dilakukan. Baca Kamus Besar Bahasa Arab Lengkap Maksud Imam ibnu Malik mengawali Bait Nazdamnya dengan Fi’il Madhi Pada bait pertama berbunyi ……….. قال محمد هو ابن مالك Artinya “Muhammad yakni putra Malik telah berkata …… ” Pada bait inilah keunikan dalam maha karya Alfiyah Ibnu Malik dari beribu keunikan atau mungkin malah jutaan keunikan yang ada pada kitab tersebut. Sebab, pada halaman pertama kita langsung diberikan pemandangan yang berbeda dari kitab – kitab yang lain pada umumnya waktu itu, yang mungkin bagi sebagian dari kita akan dibuatnya berpikir dan mengangan – angannya. Dari sinilah yang menunjukkan serta menjadi tolak ukur dari betapa tingginya kadar intelektualitas dan kecerdasan beliau, yang mana pada saat beliau menyusun dan menulis kitab Alfiyah Ibnu Malik, sebanyak 1000 nadzam bait yang menjadi isinya telah beliau simpan dalam memori otak beliau. Oleh karenanya beliau hanya tinggal menulis dan menyusunnya saja dalam sebuah kitab sesuai apa yang telah terekam dalam memorinya. Merupakan suatu hal yang sangat langka yang dilakukan oleh musanif lain dalam menyusun sebuah karya. Baca Bahasa Arab Ruang Belajar Selain itu, ada hal yang menarik lagi lainnya yang terjadi pada awal penyusunan kitab Alfiyah Ibn Malik ini, yakni yang seharusnya kitab ini disusun dengan jumlah 1000 bait berubah menjadi 1002 bait. Kenapa Kitab Alfiyah ini mempunyai lebih hanya 2 Bait? Hal ini terjadi ketika beliau mulai menulis kitab Alfiyah ini. Ketika beliau memulai menulis baik setiap huruf – huruf, kalimat, dan akhirnya tersusun menjadi sebuah nazam yang utuh. Ketika proses penulisan itu berjalan suatu kejadian aneh terjadi. Pada saat beliau sampai pada nadzam baris kelima, yakni فائقة ألفية ابن معطي ……………………………..………………………….……….……………………. Artinya “…….. Kitab Alfiyyah ini lebih mengungguli kitab Alfiyah Ibnu Mu’thi.” Tiba – tiba semua hafalan dan memori dalam otak yang semula beliau hafal, semua rancangan 1000 nadzam itu pun hilang, sirna hingga beliau tidak bisa mengingat satu huruf sama sekali. Kebingungan pun mendera dan mengusik hati beliau. Hari demi hari lamanya penulisan kitab ini terhenti. Hingga akhirnya suatu hari beliau berziarah ke makam gurunya yang bernama Imam Ibnu Mu’thi. Imam Ibnu Mu’thi ini merupakan guru dari Imam Ibnu Malik dan Beliau juga memiliki sebuah kitab susunan yang berisi 1000 nadzam, sama seperti kitab Alfiyah ibnu Malik yang lebih dikenal dengan nama Alfiyyah Ibnu Mu’thi. Sebagai penghilang kesedihannya, beliau Imam Ibnu Malik membaca tahlil, tahmid, dan takbir di makam guru beliau tersebut. Sampai suatu saat tanpa sadar beliau tertidur disana. Di dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan Imam Ibnu Mu’thi yang menegurnya bahwa apa yang Imam Ibnu Malik lakukan pada saat menyusun kitab Alfiyyah ini, terdapat suatu kesalahan. Dalam mimpi tersebut Imam Ibnu Mu’thi berkata “Wahai muridku, apakah kamu lupa siapakah aku ini?” Beliau pun seketika terbangun dari keterjagaannya dan masih dalam kebingungan serta terkejut, lalu beliau teringat akan sebuah nadzam terakhir yang beliau tulis. Sehingga beliau teringat “ya di situlah akar permasalahanya,” pikir beliau. Apa yang sebenarnya terjadi dalam Bait terakhir ? Di dalam nazam terakhir yang beliau tulis, beliau menyebutkan bahwa kitab Alfiyyah ini yang beliau susun lebih mengungguli dari kitab Alfiyah yang disusun terlebih dahulu oleh guru beliau yakni Imam Ibnu Mu’thi. Hal ini sangat bertentangan dengan sifat akhlakul karimah, tata krama yang seharusnya dilakukan oleh seorang murid kepada gurunya. Sehingga untuk menenebus kesalahan dan sebagai rasa permintaan maaf dan ampunan dari Allah Swt serta guru beliau tersebut, maka beliau pun menambahkan dan menyusun dua nadzam di bawah ini وهو بسبق حائز تفضيلا مستوجب ثنائي الجميلا “Beliau lebih memperoleh keutamaan karena lebih awal Beliau behak atas sanjunganku yang indah. “ والله يقضي بهبات وافرة لي وله في درجات الأخرة “Semoga Allah menetapkan karunianya yang luas untukku dan untuk beliau pada derajat-derajat tinggi akhirat.” Setelah beliau menyusun dua nadzam di atas yang menjadi ungkapan hati beliau, maka dengan izin Allah semua susunan 1000 nazam yang semula hilang dari ingatan memori beliau tersebut seketika itu juga kembali lagi dan Imam Ibnu Malik dapat meneruskan penyusunan kitab Alfiyyahnya lagi. Maka dari kisah di atas, kita dapat mengetahui bahwa yang semula tadinya nadzam Alfiyyah Ibnu Malik berjumlah 1000 nadzam, bertambah dua nadzam pada bab Muqaddimahnya sehingga menjadi 1002 nadzam. Kisah ini bisa kalian lihat dalam buku “Lantunan Bait Sentuhan Ruh, Menyingkap Kearifan Imam Ibnu Malik dalam deretan Bait Berisikan Kalam Hikmah, Falsafah Hidup, Nasihat dan Kalam”. Demikianlah kisah 1002 bait matan Alfiyah ibnu Malik. Semoga bermanfaat …..
DownloadKumpulan Matan Alfiah Ibnu Malik Mp3 dengan pembaca yang berbeda-beda dalam format Audio Mp3. Upload By Kitab Kuning Info Like us on Facebook : Kitab Kuning AlFiyah Kitab Kuning download. 22.0M . Alfiah Ibnu Malik_1 download. 21.7M . Alfiah Ibnu Malik_2

Nama lengkapnya adalah Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah ibnu Malik al-Thay, lahir di Jayyan. Daerah ini sebuah kota kecil di bawah kekuasaan Andalusia Spanyol. Pada saat itu, penduduk negeri ini sangat cinta kepada ilmu, dan mereka berpacu dalam menempuh pendidikan, bahkan berpacu pula dalam karang-mengarang buku-buku ilmiah. Pada masa kecil, Ibn Malik menuntut ilmu di daerahnya, terutama belajar pada Syaikh Al-Syalaubini w. 645 H. Setelah menginjak dewasa, ia berangkat ke Timur untuk menunaikan ibadah haji,dan diteruskan menempuh ilmu di Damaskus. Di sana ia belajar ilmu dari beberapa ulama setempat, antara lain Al-Sakhawi w. 643 H. Dari sana berangkat lagi ke Aleppo, dan belajar ilmu kepada Syaikh Ibn Ya’isy al-Halaby w. 643 H. Di kawasan dua kota ini nama Ibn Malik mulai dikenal dan dikagumi oleh para ilmuan, karena cerdas dan pemikirannya jernih. Ia banyak menampilkan teori-teori nahwiyah yang menggambarkan teori-teori mazhab Andalusia, yang jarang diketahui oleh orang-orang Syiria waktu itu. Teori nahwiyah semacam ini, banyak diikuti oleh murid-muridnya, seperti imam Al-Nawawi, Ibn al-Athar, Al-Mizzi, Al-Dzahabi, Al-Shairafi, dan Qadli al-Qudlat Ibn Jama’ah. Untuk menguatkan teorinya, sarjana besar kelahiran Eropa ini, senantiasa mengambil saksi syahid dari teks-teks Al-Qur’an. Kalau tidak didapatkan, ia menyajikan teks Al-Hadits. Kalau tidak didapatkan lagi, ia mengambil saksi dari sya’ir-sya’ir sastrawan Arab kenamaan. Semua pemikiran yang diproses melalui paradigma ini dituangkan dalam kitab-kitab karangannya, baik berbentuk nazhom syair puitis atau berbentuk natsar prosa. Pada umumnya, karangan tokoh ini lebih baik dan lebih indah dari pada tokoh-tokoh pendahulunya. Di antara ulama, ada yang menghimpun semua tulisannya, ternyata tulisan itu lebih banyak berbentuk nazham. Demikian tulisan Al-Sayuthi dalam kitabnya, Bughyat al-Wu’at. Di antara karangannya adalah Nazhom al-Kafiyah al-Syafiyah yang terdiri dari 2757 bait. Kitab ini menyajikan semua informasi tentang Ilmu Nahwu dan Shorof yang diikuti dengan komentar syarah. Kemudian kitab ini diringkas menjadi seribu bait, yang kini terkenal dengan nama Alfiyah Ibnu Malik. Kitab ini bisa disebut Al-Khulashah ringkasan karena isinya mengutip inti uraian dari Al-Kafiyah, dan bisa juga disebut Alfiyah ribuan karena bait syairnya terdiri dari seribu baris. Kitab ini terdiri dari delapan puluh 80 bab, dan setiap bab diisi oleh beberapa bait. Bab yang terpendek diisi oleh dua bait seperti Bab al-Ikhtishash dan bab yang terpanjang adalah Jama’ Taktsir karena diisi empat puluh dua bait. Dalam muqaddimahnya, kitab puisi yang memakai Bahar Rojaz ini disusun dengan maksud 1 menghimpun semua permasalahan nahwiyah dan shorof yang dianggap penting. 2 menerangkan hal-hal yang rumit dengan bahasa yang singkat , tetapi sanggup menghimpun kaidah yang berbeda-beda, atau dengan sebuah contoh yang bisa menggambarkan satu persyaratan yang diperlukan oleh kaidah itu.3 membangkitkan perasaan senang bagi orang yang ingin mempelajari isinya. Semua itu terbukti, sehingga kitab ini lebih baik dari pada Kitab Alfiyah karya Ibn Mu’thi. Meskipun begitu, penulisnya tetap menghargai Ibnu Mu’thi karena tokoh ini membuka kreativitas dan lebih senior. Dalam Islam, semua junior harus menghargai seniornya, paling tidak karena dia lebih sepuh, dan menampilkan kreativitas. Kitab Khulashoh yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia ini, memiliki posisi yang penting dalam perkembangan Ilmu Nahwu. Berkat kitab ini dan kitab aslinya, nama Ibn Malik menjadi popular, dan pendapatnya banyak dikutip oleh para ulama, termasuk ulama yang mengembangkan ilmu di Timur. Al-Radli, seorang cendekiawan besar ketika menyusun Syarah Al-Kafiyah karya Ibn Hajib, banyaklah mengutip dan mempopulerkan pendapat Ibn Malik. Dengan kata lain, perkembangan nahwu setelah ambruknya beberapa akademisi Abbasiyah di Baghdad, dan merosotnya para ilmuan Daulat Fathimiyah di Mesir, maka para pelajar pada umumnya mengikuti pemikiran Ibnu Malik. Sebelum kerajaan besar di Andalusia runtuh, pelajaran nahwu pada awalnya, tidak banyak diminati oleh masyarakat. Tetapi setelah lama, pelajaran ini menjadi kebutuhan dan dinamislah gerakan karang-mengarang kitab tentang ilmu yang menarik bagi kaum santri ini. Di sana beredarlah banyak karangan yang beda-beda, dari karangan yang paling singkat sampai karangan yang terurai lebar. Maksud penulisnya ingin menyebarkan ilmu ini, kepada masyarakat, dan dapat diambil manfaat oleh kaum pelajar. Dari sekian banyak itu, muncullah Ibn Malik, Ibn Hisyam, dan al-Sayuthi. Karangan mereka tentang kitab-kitab nahwu banyak menampilkan metoda baru dan banyak menyajikan trobosan baru, yang memperkaya khazanah keilmuan. Mereka tetap menampilkan khazanah keilmuan baru, meskipun banyak pula teori-teori lama yang masih dipakai. Dengan kata lain, mereka menampilkan gagasan dan kreatifitas yang baru, seolah-olah hidup mereka disiapkan untuk menjadi penerus Imam Sibawaih Penggagas munculnya Nahwu dan Shorof, red.. Atas dasar itu, Alfiyah Ibn Malik adalah kitab yang amat banyak dibantu oleh ulama-ulama lain dengan menulis syarah ulasan dan hasyiyah catatan pinggir terhadap syarah itu. Dalam kitab Kasyf al-Zhunun, para ulama penulis Syarah Alfiyah berjumlah lebih dari empat puluh orang. Mereka ada yang menulis dengan panjang lebar, ada yang menulis dengan singkat mukhtashar, dan ada pula ulama yang tulisannya belum selesai. Di sela-sela itu muncullah beberapa kreasi baru dari beberapa ulama yang memberikan catatan pinggir hasyiyah terhadap kitab-kitab syarah. Syarah Alfiyah yang ditulis pertama adalah buah pena putera Ibn Malik sendiri, Muhammad Badruddin H. Syarah ini banyak mengkritik pemikiran nahwiyah yang diuraikan oleh ayahnya, seperti kritik tentang uraian maf’ul mutlaq, tanazu’ dan sifat mutasyabihat. Kritikannya itu aneh tapi putera ini yakin bahwa tulisan ayahnya perlu ditata ulang. Atas dasar itu, Badruddin mengarang bait Alfiyah tandingan dan mengambil syahid dari ayat al-Qur’an. Disitu tampak rasional juga, tetapi hampir semua ilmuan tahu bahwa tidak semua teks al-Qur’an bisa disesuaikan dengan teori-teori nahwiyah yang sudah dianggap baku oleh ulama. Kritikus yang pada masa mudanya bertempat di Ba’labak ini, sangat rasional dan cukup beralasan, hanya saja ia banyak mendukung teori-teori nahwiyah yang syadz Karena itu, penulis-penulis Syarah Alfiyah yang muncul berikutnya, seperti Ibn Hisyam, Ibn Aqil, dan Al-Asymuni, banyak meralat alur pemikiran putra Ibn Malik tadi. Meskipun begitu, Syarah Badrudin ini cukup menarik, sehingga banyak juga ulama besar yang menulis hasyiyah untuknya, seperti karya Ibn Jama’ah H, Al-Ainy H, Zakaria al-Anshariy H, Al-Sayuthi H, Ibn Qasim al-Abbadi H, dan Qadli Taqiyuddin ibn Abdulqadir al-Tamimiy H. Di antara penulis-penulis Syarah Alfiyah lainnya, yang bisa ditampilkan dalam tulisan ini, adalah Al-Muradi, Ibnu Hisyam, Ibnu Aqil, dan Al-Asymuni. Al-Muradi w. 749 H menulis dua kitab syarah untuk kitab Tashil al-Fawaid dan Nazham Alfiyah, keduanya karya Ibn Malik. Meskipun syarah ini tidak popular di Indonseia, tetapi pendapat-pendapatnya banyak dikutip oleh ulama lain. Antara lain Al-Damaminy w. 827 H seorang sastrawan besar ketika menulis syarah Tashil al-Fawaid menjadikan karya Al-Muradi itu sebagai kitab rujukan. Begitu pula Al-Asymuni ketika menyusun Syarah Alfiyah dan Ibn Hisyam ketika menyusun Al-Mughni banyak mengutip pemikiran al-Muradi yang muridnya Abu Hayyan itu. Ibnu Hisyam H adalah ahli nahwu raksasa yang karya-karyanya banyak dikagumi oleh ulama berikutnya. Di antara karya itu Syarah Alfiyah yang bernama Audlah al-Masalik yang terkenal dengan sebutan Audlah . Dalam kitab ini ia banyak menyempurnakan definisi suatu istilah yang konsepnya telah disusun oleh Ibn Malik, seperti definisi tentang tamyiz. Ia juga banyak menertibkan kaidah-kaidah yang antara satu sama lain bertemu, seperti kaidah-kaidah dalam Bab Tashrif. Tentu saja, ia tidak hanya terpaku oleh Mazhab Andalusia, tetapi juga mengutip Mazhab Kufa, Bashrah dan semacamnya. Kitab ini cukup menarik, sehingga banyak ulama besar yang menulis hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Al-Sayuthi, Hasyiyah Ibn Jama’ah, Ha-syiyah Putera Ibn Hisyam sendiri, Hasyiyah Al-Ainiy, Hasyiyah Al-Karkhi, Hasyiyah Al-Sa’di al-Maliki al-Makki, dan yang menarik lagi adalah catatan kaki ta’liq bagi Kitab al-Taudlih yang disusun oleh Khalid ibn Abdullah al-Azhari w. 905 H. Ibnu Aqil w. 769 H adalah ulama kelahiran Aleppo dan pernah menjabat sebagai penghulu besar di Mesir. Karya tulisnya banyak, tetapi yang terkenal adalah Syarah Alfiyah. Syarah ini sangat sederhana dan mudah dicerna oleh orang-orang pemula yang ingin mempelajari Alfiyah Ibn Malik . Ia mampu menguraikan bait-bait Alfiyah secara metodologis, sehingga terungkaplah apa yang dimaksudkan oleh Ibn Malik pada umumnya. Penulis berpendapat, bahwa kitab ini adalah Syarah Alfiyah yang paling banyak beredar di pondok-pondok pesantren, dan banyak dibaca oleh kaum santri di Indonesia. Terhadap syarah ini, ulama berikutnya tampil untuk menulis hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Ibn al-Mayyit, Hasyiyah Athiyah al-Ajhuri, Hasyiyah al-Syuja’i, dan Hasyiyah Al-Khudlariy. Syarah Alfiyah yang hebat lagi adalah Manhaj al-Salik karya Al-Asymuni w. 929 H. Syarah ini sangat kaya akan informasi, dan sumber kutipannya sangat bervariasi. Syarah ini dapat dinilai sebagai kitab nahwu yang paling sempurna, karena memasukkan berbagai pendapat mazhab dengan argumentasinya masing-masing. Dalam syarah ini, pendapat para penulis Syarah Alfiyah sebelumnya banyak dikutip dan dianalisa. Antara lain mengulas pendapat Putra Ibn Malik, Al-Muradi, Ibn Aqil, Al-Sayuthi, dan Ibn Hisyam, bahkan dikutip pula komentar Ibn Malik sendiri yang dituangkan dalam Syarah Al-Kafiyah , tetapi tidak dicantumkan dalam Alfiyah . Semua kutipan-kutipan itu diletakkan pada posisi yang tepat dan disajikan secara sistematis, sehingga para pembaca mudah menyelusuri suatu pendapat dari sumber aslinya. Kitab ini memiliki banyak hasyiyah juga, antara lain Hasyiyah Hasan ibn Ali al-Mudabbighi, Hasyiyah Ahmad ibn Umar al-Asqathi, Hasyiyah al-Hifni, dan Hasyiyah al-Shabban. Dalam muqaddimah hasyiyah yang disebut akhir ini, penulisnya mencantumkan ulasan, bahwa metodanya didasarkan atas tiga unsur, yaitu a Karangannya akan merangkum semua pendapat ulama nahwu yang mendahului penulis, yang terurai dalam kitab-kitab syarah al-Asymuni. b Karangannya akan mengulas beberapa masalah yang sering menimbulkan salah faham bagi pembaca. c Menyajikan komentar baru yang belum ditampilkan oleh penulis hasyiyah sebelumnya. Dengan demikian, kitab ini bisa dinilai sebagai pelengkap catatan bagi orang yang ingin mempelajari teori-teori ilmu nahwu. Lahu Al-Faatihah Sumber Sirojul Mishbah Almanar

GlsE.
  • fy696q4oi2.pages.dev/81
  • fy696q4oi2.pages.dev/532
  • fy696q4oi2.pages.dev/116
  • fy696q4oi2.pages.dev/178
  • fy696q4oi2.pages.dev/195
  • fy696q4oi2.pages.dev/533
  • fy696q4oi2.pages.dev/152
  • fy696q4oi2.pages.dev/417
  • cerita alfiyah ibnu malik